Waktu di jalan pulang les tadi ada dua hal yang saya notice :
1. Ingat pengemis yang pernah saya ceritain di postingan sebelumnya? Yang modusnya pura-pura berkaki satu? Nah, dulunya pengemis semacam ini di perempatan SKA arah ke Labuh Baru itu cuma ada satu orang, sekarang udah berkembang jadi tiga orang. Tadi yang saya liat cuma dua orang sih, tapi saya ingat yang dua orang tadi itu bukan yang biasanya nongkrong di sana. Yang dua ini anak baru kayaknya.
Kok saya bisa yakin banget? Ya iyalah, seminggu lima kali saya lewat sana tiap berangkat dan pulang les mau gak mau hapal juga kan mukanya. Yang dua ini baru wajahnya, belum familiar. Nah, yang saya gak habis pikir, mereka pikir sebodoh apa sih orang-orang yang lewat sana sampe percaya ada tiga orang pengemis berkaki satu di sana. Modus persis sama. Cowok-cowok berumur belasan atau dua puluhan yang melipat satu kaki ke dalam celana sehingga mereka terlihat buntung sebatas lutut, terus ngesot kesana-kemari dengan tampang memelas berharap orang-orang bakal kasian sama mereka.
2. Kalo yang kedua ini soal sampah. Bukan soal sampah yang menumpuk di pinggir jalan juga, melainkan soal seorang pengendara mobil yang seenaknya membuang sampah di depan muka saya di jalan pulang tadi.
Ini nih yang namanya DON'T JUDGE THE BOOK JUST FROM THE COVER. Mobil boleh keluaran baru. Plat boleh plat pesanan. Tapi sikapnya kalah dari pemulung. Pemulung aja kerjaannya mungutin sampah kan. Nah ini, cover orang kaya tapi jaga kebersihan aja gak bisa.
Di jalan raya besar, gak pula sepi, ini jalanan lagi padat-padatnya semrawut sana-sini, dia seenaknya buka kaca jendela dan melempar sampahnya begitu saja. Sampahnya bukan pula tisu atau kertas, tapi gelas plastik bekas minuman yang masih ada es batunya!! Serius ya itu yang buang sampah gak punya otak. Padahal pas saya kejar dan intip (kaca jendela pengemudi terbuka lebar) yang nyetir itu ibu-ibu perlente yang keliatannya high class banget, di sebelah ada anaknya pula, cowok, masih kecil. Ckckck... Contoh ibu yang baik sekali bukan.