Showing posts with label Movie Review. Show all posts
Showing posts with label Movie Review. Show all posts

Wednesday, November 15, 2017

Movie Review: Hindi Medium (2017) #SpoilerAlert


Raj Batra adalah seorang pengusaha dan pemilik toko fashion di daerah Chandni Chowk, New Delhi. Ia memiliki seorang istri, Mitha Batra, dan anak perempuan bernama Pia. Mitha, layaknya ibu-ibu pada umumnya, selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. As too much as it sounds, dia sangat berlebihan dalam memproteksi Pia. Lotion anti nyamuk dan SPF harus diaplikasikan sebelum bermain di luar, mainan di playground harus dilap dengan cairan pembersih sebelum Pia menyentuhnya, ini semua adalah gambaran betapa Mitha sangat sangat menjaga Pia dan menginginkan yang terbaik untuk sang anak.

Masalah muncul ketika Mitha membuat list sekolah-sekolah terbaik yang diincarnya untuk Pia. Sekolah tersebut harus lah termasuk TOP 5 school di India, berbahasa pengantar Inggris, dengan lingkungan yang kondusif dan kemungkinan Pia untuk berteman dengan anak-anak berkelas lainnya, anak-anak dari para politikus dan industrial tycoon, demikian ambisi Mitha. Sekolah yang juga telah menghasilkan sederetan orang-orang hebat, terkenal dan berpengaruh dalam daftar alumninya.


Hal ini semakin terpicu karena pada saat sedang bermain di playground perumahan rumah mereka yang baru, anak-anak yang lain tidak ada yang mau bermain dengan Pia dengan alasan:

"She speaks in Hindi."
"Why don't you speak in Hindi, too?"
"Mom doesn't let me."

Mitha dan Raj tidak tumbuh di keluarga dari golongan berada.  Raj adalah anak seorang penjahit yang tinggal di wilayah pinggiran New Delhi, demikian pula Mitha yang tinggal di lingkungan yang sama. Seiring dengan bertumbuhnya ekonomi keluarga mereka dan usaha Raj yang semakin sukses, sekarang mereka sudah termasuk ke golongan orang kaya walau beberapa hal tidak bisa diubah. Raj tetap pada seleranya yang menyukai lagu-lagu trot (yang menurut Mitha sangat norak dan kampungan) dan tidak bisa berbahasa Inggris, suatu keharusan jika ingin diakui sebagai kaum kelas atas.

Untuk membantu Mitha supaya Pia bisa diterima di sekolah-sekolah top tersebut, salah seorang teman menyarankan Mitha untuk bertemu dengan seorang konsultan pendidikan professional.

Program Consultant: “Jam 9 Basic English, jam 2 Math, jam 4 swimming lesson.”
Mitha: “Full? Lalu kapan jam makan dan tidur siang nya?”
PC: *menatap nista* Kalian tau? Para orangtua biasanya mem-booking saya saat mereka masih dalam trisemester pertama. Kalian sudah sangat ketinggalan begini masih memikirkan jam makan dan tidur siang?”

Singkat cerita, setelah mengikuti sesi  dan saran-saran dari si Program Consultant, usaha Mitha tetaplah sia-sia. Pia tidak diterima di satupun dari 5 target sekolah yang diincarnya. Mitha sangat kecewa dan menumpahkan semua kekesalannya pada sang suami. Di saat mereka sedang bertengkar, datanglah salah seorang karyawan Raj di toko membawa laddoo (manisan) untuk berterima kasih karena berkat Raj, anaknya bisa diterima di Prakriti School, salah satu sekolah top yang diincar Mitha.

“Waktu Sir memintaku untuk mengambil form pendaftaran untuk Pia Baby, aku melihat satu barisan berbeda yang dikhususkan untuk anak-anak kurang mampu. Maka aku mengantri dan mengambil satu form untuk anakku.”

Dan kemudian Raj dan Mitha pun berniat melakukan hal yang sama, memalsukan dokumen dan  mendaftar melalui jalur khusus untuk orang-orang kurang mampu. Bahkan ketika diberitakan peserta yang melamar untuk jalur khusus ini akan dikunjungi satu per satu karena maraknya kabar banyak orang kaya yang menyerobot jatah orang tidak mampu (persis yang sedang mereka lakukan), Raj dan Mitha pindah ke area kumuh untuk mengelabui petugas survey sekolah sampai anak mereka diterima.




Film ini mengingatkan saya bahwa Indonesia dan India memiliki banyak kesamaan. Betapa Bahasa Inggris dianggap sebagai bahasa kaum terpelajar dan orang-orang kelas atas, orang tua yang mengincar sekolah-sekolah internasional sebagai tempat mendidik anak mereka nanti. Tidak ada yang salah. Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak mereka, kadang sampai rela menempuh cara apapun untuk mewujudkan hal tersebut.

Dengan sentilan-sentilan ringan terhadap isu parenting dan dunia pendidikan, film ini memberi gambaran bahwa tidak peduli beda kasta ekonomi ataupun edukasi, yang paling penting itu adalah hati. Kalo kalian sudah nonton film Hindi Medium, pasti mengerti apa yang saya maksud di sini.


Genre: drama, komedi
Run Time: 132 min
Rate: 8/10

Friday, December 26, 2014

Movie Review: PK (2014) #SpoilerAlert

Setelah sukses besar dengan 3 Idiots di tahun 2009, kali ini Aamir Khan dan Rajhirani Kumar kembali berkolaborasi bersama dalam film PK. Mengingat kesuksesan yang mereka raih sebelumnya, wajar kalau publik berekspektasi tinggi terhadap film ini. Dan benar saja, it's a mind blowing movie I'd say.

Film ini diawali dengan mendaratnya sebuah UFO di sebuah padang pasir di Rajashtan, India. Aamir Khan (dalam film ini sebenarnya dia tidak mempunyai nama) berasal dari sebuah planet nun jauh di sana, dimana penduduknya walaupun memiliki bentuk fisik seperti manusia bumi, berkeliaran telanjang dan berkomunikasi dengan cara saling membaca pikiran. 

Aamir Khan, ditugaskan untuk turun ke bumi dalam rangka riset. Untuk mempelajari perbedaan apa yang mereka miliki dengan manusia bumi. Berbekalkan hanya sebuah pendant yang sebenarnya adalah remote control pemanggil UFO kendaraan pulangnya, Aamir Khan pun turun ke bumi dan mulai meneliti sekitarnya. 

Masalah mulai muncul ketika Aamir Khan bertemu dengan seorang penduduk lokal yang keheranan melihat sang alien tidak mengenakan selembar pakaian pun. Si alien yang baru pertama kali melihat manusia bumi itu pun keheranan melihat bagaimana manusia bumi berbeda dari dirinya karena memakai pakaian. Dikiranya pakaian itu adalah kulit manusia bumi yang bentuknya bermacam-macam. Ada yang hitam, ada yang putih. Ada yang ketat ada yang longgar. Berbagai macam bentuk dan ukuran pula. Terkesima akan pakaian si manusia bumi, si alien menjadi lengah dan tanpa sadar pendant nya sudah dirampas oleh si manusia bumi. 

Di sinilah petualangan sang alien dimulai. Setelah observasi singkat, si alien mulai mengerti bahwa berkeliaran telanjang tidak dapat diterima di bumi. Bermodalkan pakaian dan uang yang dicurinya dari sebuah dancing car (mobil yang bergoyang-goyang karena di dalamnya ada pasangan yang sedang berhubungan seks), sang alien mulai menjalankan misinya untuk terus mengobservasi manusia bumi sekaligus untuk menemukan kembali pendant (remote control pemanggil UFO) nya yang telah dicuri. Salah satu kekurangan si alien adalah, dia belum bisa berbicara dalam bahasa manusia bumi dan pengetahuannya yang sangat terbatas tentang bumi. Si alien memiliki sebuah kemampuan untuk menyerap memori dengan memegang tangan seseorang, namun sembarangan memegang tangan tidaklah bisa diterima oleh orang lain. Bahkan oleh Bhairon Singh (orang yang tidak sengaja menabraknya dan mengira si alien lupa ingatan dan tidak bisa bicara karena amnesia) mengartikannya sebagai sebuah ketertarikan seksual dan si alien butuh penyaluran akan kebutuhan biologisnya. Bhairon Singh membawa si alien ke sebuah pelacuran dan di sana si alien memegang tangan seorang prostitute selama 6 jam penuh dan mentransfer semua memori serta mempelajari bahasa yang digunakan oleh si prostitute yaitu bahasa hindi.

Di saat bersamaan di Belgia, heroin kita yang bernama Jaggu (Jagat Janani), sedang menyelesaikan kuliahnya di salah satu universitas di sana. Pada suatu hari Jaggu bertemu dan jatuh cinta dengan seorang pria bernama Sarfaraz Yousuf, seorang Muslim yang berasal dari Pakistan. Hubungan cinta ini ditentang oleh ayah Jaggu, penganut Hindu taat, yang sangat tidak menyukai Islam. Sang ayah bahkan berkonsultasi pada Tapasvi (ulama besar Hindu) untuk membawa anaknya kembali ke jalan yang "benar". Tapasvi meramalkan bahwa Sarfaraz akan mengkhianati Jaggu karena semua pria Muslim itu tidak baik. Bertekad untuk membuktikan pada ayahnya bahwa Tapasvi tidak selalu benar, Jaggu mengajak Sarfaraz menikah. Jaggu dan Sarfaraz pun berjanji untuk bertemu keesokan harinya di sebuah gereja dan catatan sipil. Jaggu datang dengan mengenakan gaun pernikahan dan membawa buket bunga. Namun yang didapatnya justru sebuah surat tanpa nama yang diantarkan padanya oleh seorang anak kecil. Tersugesti oleh ramalan Tapasvi, Jaggu mengira surat itu ditujukan dari Sarfaraz untuk dirinya. Patah hati, Jaggu pun kembali ke India walau tak lagi diterima oleh keluarganya.

Beberapa bulan berselang di Delhi, Jaggu sedang di dalam perjalanan menuju kantornya ketika dia bertemu dengan seorang pria aneh yang tak lain tak bukan adalah mister alien kita, yang membagi-bagikan selebaran aneh di dalam kereta bertuliskan, "Missing! GOD!" "Telah hilang, Tuhan!"Hubungi PK di reruntuhan tangga jika kau menemukannya!" Selebaran yang sangat aneh menurut Jaggu. Merasa ada cerita di balik pria ini, Jaggu memutuskan untuk menguntitnya. Dan benar saja, Jaggu menemukan banyak sekali keunikan pada pria aneh itu.  Singkat cerita, Jaggu berhasil mewawancarai si alien aneh ini yang ternyata dipanggil PK yang artinya Typsy atau mabuk karena ocehan-ocehannya yang kadang tidak masuk akal. Si alien jujur menceritakan asal usulnya dan identitasnya yang sebenarnya kepada Jaggu, tetapi Jaggu tentu saja tidak percaya begitu saja dan malah menuduh PK gila. Namun akhirnya PK berhasil membuat Jaggu percaya pada dirinya dengan menunjukkan kemampuannya yang mampu membaca pikiran orang lain jika berpegangan tangan dengan orang tersebut.

Terkejut akan kebenaran yang ditunjukkan PK, Jaggu pun mempercayai PK dan bertekad untuk membantu PK untuk menemukan kembali pendantnya yang hilang.

Film ini mengangkat isu agama yang beredar di India, tentang perbedaan umat Islam dan Hindu dan Katholik dan sebagainya. PK, sang alien yang tidak mengenal Tuhan, berusaha mencari keberadaan Tuhan karena setiap dia minta bantuan kepada seseorang untuk membantunya menemukan pendant itu, jawaban yang dia terima selalu, "Hanya Tuhan yang tahu.'", "Minta tolonglah kepada Tuhan.", "Hanya Tuhan yang bisa membantumu." Dia bertanya-tanya, bagaimana caranya supaya Tuhan membantunya. "Berendamlah di sungai Gangga dan pecahkan kelapa di depan patung Tuhan." Kata umat Hindu. Namun begitu dia bertandang ke rumah Tuhan yang lain (gereja) dengan membawa kelapa, dia diusir dan dilarang masuk. Umat Khatolik di dalamnya menyembah Tuhan mereka dan mempersembahkan anggur. Maka pergilah dia membeli anggur supaya diperbolehkan berdoa kepada Tuhan. Begitu anggur sudah di tangan, dia bertanya kepada orang yang ditemuinya di jalan dan bertanya, "Dimanakah rumah Tuhan yang terdekat?" Dan dia diarahkan oleh orang tersebut menuju mesjid. Dengan membawa anggur memasuki mesjid, tau sendiri kan apa yang akan terjadi pada PK? PK bingung. Kenapa ada banyak sekali Tuhan. Kenapa permintaan dan peraturan-Nya berbeda-beda? Tuhan yang mana yang harus dia mintai tolong?

Isu yang cukup berat untuk diangkat dalam sebuah film. Gak heran kalo film PK ini di banned di beberapa tempat/negara karena dianggap tidak pantas dan melecehkan. Namun, jika penonton cukup cerdas, saya rasa mereka bisa memilah bagian mana yang bisa diterima dan bagian mana yang tidak bisa diterima.

Apakah PK akan menemukan kembali pendant nya? Apakah PK bisa kembali ke planet asalnya? Apa yang sebenarnya terjadi antara Jaggu dan Sarfaraz? Nonton sendiri aja yah selengkapnya. Film ini layak tonton sekali kok. Berbobot, namun dipenuhi dengan kekonyolan dan joke-joke ringan sehari-hari yang tidak basi.

Genre: komedi, drama, fantasi
Running Time: 2 jam 30 menit
Rate: 8,5 / 10

P.s: this is just my personal-non-professional judgement ya ;) Just an amateur review. :)
Selamat menikmati.. 

Monday, December 1, 2014

Movie Review: Penguins of Madagaskar (2014) #SpoilerAlert



Private      : "Hello, are you my family?"
Kowalski  : "You don't have a family. And we're all going to die."
Skipper     : "Nobody's gonna die! You know what you've got kid? You've got us. And we've got each other. If that ain't a family, I don't know what is."

5 menit terlambat memasuki gedung bioskop, saya disambut oleh adegan 4 bayi penguin dengan percakapan yang meluluhkan hati tersebut di atas. Yap, the mini version of Skipper, Rico, Kowalski and the newly born, ups, the newly hatched baby Private.

Another spin off from the Madagaskar series, cerita tentu saja masih berporos pada kuartet penguin mata-mata kita, dengan beberapa tokoh tambahan dr. Oktavius Brine slash Dave the Octopus sebagai tokoh antagonisnya, yang menyimpan dendam kesumat terhadap spesies pinguin. Flashback sedikit, Dave dulunya adalah seekor gurita favorite yang berada di salah satu kebun binatang di Amerika. Namun semua itu berubah begitu negara api menyerang. Eh sorry, teringat Avatar Aang. Namun semua itu berubah dengan kehadiran keempat penguin pendatang baru di kebun binatang itu. Tidak ada lagi yang menyukai Dave the Octopus, hingga akhirnya Dave dicampakkan dan ditransfer ke kebun binatang lain. Hal ini terjadi hingga tidak hanya sekali tetapi berulang kali, Dave kalah pamor dari para penguin yang berada di tiap kebun binatang yang didatanginya sehingga dia berulang kali dicampakkan dan ditransfer dari satu kebun binatang ke kebun binatang lain. Rasa tersisih dan tidak dihargai ini lah yang memupuk dendam Dave terhadap bangsa penguin. Dave memutuskan untuk balas dendam!

Dan acara pembalasan dendam ini dimulai dengan penculikan atas kuartet penguin mata-mata kita yang membuat Dave pertama kali tersingkir dari kebun binatang tempatnya bernaung dulu. Dave telah menciptakan sebuah tabung berisi cairan hijau menjijikkan ciptaannya yang dapat mengubah makhluk selucu apapun menjadi monster yang mengerikan (reminds you of le monstrous minions from Despicable Me 2?).

Le quartet managed to escaped dan pelarian itu mempertemukan mereka dengan sekelompok agen mata-mata professional dari organisasi bernama North Wind yang dipimpin oleh Agent Classified (seekor serigala salju), Eva si burung hantu cantik yang ditaksir oleh Kowalski, Short Fuse, si anjing laut mini yang ahli tentang ledakan (saingan Rico) dan Corpora, beruang polar yang sangat memuja keimutan para penguin. Singkat cerita, para agen North Wind ini juga mengincar dr. Octavius Brine slash Dave karena masa depan penguin-kind diambang kepunahan karenanya. Namun Agent Classified tidak ingin misinya diganggu oleh kuartet penguin. Para penguin ini dibius tidur dan dikirim ke Madagaskar supaya tidak mengganggu kinerja mereka.

Saya tidak berekspektasi banyak sewaktu memutuskan untuk menonton film ini. Cuma karena adanya si silky bariton voice Benedict Cumberbatch yang mengisi suara Agent Classified (yeah, I'm crazy about him) dan menurut saya lebih baik menonton aksi para penguin ini daripada menonton The Mockingjay part I yang ngatung dengan segala teori propagandanya. Overall, film ini lumayan bagus dan cocok ditonton oleh anak-anak. Ada pesan moral yang dapat mereka petik, dan joke-joke nya yang walaupun tidak terlalu berkesan (dan susah dimengerti anak-anak), namun cukup untuk membuat bioskop riuh tertawa. Terutama ketika pelesetan nama-nama selebriti itu dilontarkan, "Nicholas, cage them! William, hurt them! Charlize, they are on the ray!" Saya termasuk yang ketawa nya paling membahana di dalam bioskop sewaktu adegan ini sepertinya.
Selebihnya dari sisi teknologi, gambar-gambarnya lumayan smooth dan memanjakan mata, dengan banyak sentuhan sequences pop 3D dan animasi berkualitas tinggi. Jadi bisa dikatakan saya cukup puas dengan film ini walau tidak seberkesan waktu menonton Big Heroes 6 beberapa minggu yang lalu sih.


P.S: This is only my personal-non-professional-judgement ya.. ;) #IMHO

Genre  : Animasi
Running Time  : 92 minutes
Rate    : 3/5